“Melestarikan Pelajaran Penting dari
Ramadhan”
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إلا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ. اللهم صَل عَلَى مُحَمدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلمْ
Marilah kita mantapkan kembali keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah
SWT. Taqwa yang merupakan tujuan dari ibadah puasa yang telah kita laksanakan
pada bulan ramadhan yang lalu, maka pada bulan syawal ini, marilah nilai
ketaqwaan itu senantiasa kita hadirkan dan terus kita jaga dengan menjalankan keta’atan
kepada Allah dengan kontinyu dan senantiasa juga mampu menahan diri dari
larangan Alah.
يا أيها الذين
آمنوا اتقو الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون
“Wahai orang-orang
yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah
kalian mati kecuali dalam keadan sebagi seorang muslim”.
Hadirin Jamaah sholat Jumat yang berbahagia.
Kita patut bersyukur
kepada Allah kerena kita semua telah melewati bulan suci Ramadhan, bulan mulia
yang kita merasakan keberkahannya, penuh dengan maghfiroh dan rahmat Allah,
dalam arti kita telah berhasil menjalankan perintah Allah dengan penuh
ikhlas, kita telah berpuasa dan memperbanyak ibadah semata-mata hanya karena
Allah. Kita patut pulaberbahagia, karena di samping telah berhasil menabung
pahala, dosa-dosa kitapun yang telah berlalu insya Allah diampuni oleh Allah
SWT. sebagaimana hal ini dijamin oleh Rasulullah saw dalam sabdanya::
من صـــام رمضــان ايمــانا واحتســابا
غفـر له ماتقدّم من ذنــبه
Artinya : "Barang
siapa menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan semata-mata karena Allah dan
mengharap ganjaran dari pada-Nya, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu."
Hadirin Sidang Sholat
Jumat rahimakullah
Lalu muncul pertanyaan
yang patut menjadi renungan kita bersama adalah: Bagaimana kita menyikapi
hari-hari kita ke depan, setelah kita kembali kepada fitrah dan kesucian?
Ramadhan sebagai titik
tolak kembali kepada fitrah sejati. Bahwa dari Madrasah Ramadhan kita bangun
komitmen ketaatan bukan hanya untuk satu tahun ke depan, namun juga kita bangun
komitmen ketaatan seumur hidup seperti ketaatan selama Ramadhan. Dalam surat
An-Nahl 92, Allah berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ
غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang
menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai
kembali”.
Ini merupakan sebuah
pelajaran yang sangat mahal. Allah menceritakan kisah seorang wanita yang
hidupnya sia-sia, dari pagi hingga petang ia memintal
benang, ketika pintalan itu selesai, ia cerai-beraikan kembali. Sungguh sangat
disayangkan perbuatan itu. Ayat itu bukan hanya mengisyaratkan namun
menjelaskan larangan Allah, agar akhlak wanita tersebut tidak terulang kembali,
dan dilakukan oleh hambah-Nya yang beriman. Oleh sebab itulah Nabi
kita Muhammad saw banyak mengingatkan umatnya dengan sabdanya: "Qul
aamantu billahi tsummastaqim”
Artinya: “Katakanlah
aku beriman kepada Allah dan beristiqamahlah (konsistenlah).
Hadirin yang
dimuliakan Allah
Dari Ramadhan
setidaknya kita menjadapat 4 pelajaran penting yang harus dipertahankan
prestasinya dan dilestraikan dalam hidup sehari-hari oleh setiap pribadi
beriman, sehingga menjadi pribadi yang selalu bersih dan fitri, pribadi yang
menjaga diri dan keluarganya dari api neraka sehingga dengannya pula kelak akan
lahir masyarakat yang bersih pula.
Pelajaran Pertama yang dapat kita
ambil dari nilai-nilai ramadhan adalah: Menjauhi harta yang haram.
Selama Ramadhan kita
telah berpuasa dari yang halal. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk mengambil
yang haram.
Marilah kita
perhatikan firman Allah dalam Al Qur’an surat Al-Maidah ayat ke-100 :
قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ
وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَاأُولِي
الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (المائدة: 100 )
“Katakanlah, “Tidak
sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik
hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu
mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 100)
Dalam ayat ini Allah
menjelaskan bahwa harta haram itu sebagai al-khobits atau kotoran yang
menjijikan. Artinya seandainya harta haram itu Allah perlihatkan berupa kotoran
niscaya manusia yang berakal tidak akan mengambilnya. Karena yang khobist itu
tidak akan pernah sama dengan ath-thayyib atau yang halal dan baik sekalipun
jumlahnya jauh lebih sedikit. Karena yang khobits merusak tatanan kehidupan,
sementara yang thayyib menumbuhkan dan menyebarkan kebaikan. Oleh sebab itu
Allah lalu perintahkan agar bertaqwa:fattaqullah yaa ulil albaab. Artinya
bahwa taqwa tidak akan tercapai selama seseorang masih mengkonsumsi harta
haram. Dengan kata lain, hanya dengan menjauhi harta haram seseorang akan
sampai kepada level taqwa. Bila masing-masing pribadi bertaqwa, otomatis rumah
tangga akan bersih dari harta haram. Bila rumah tangga bersih dari harta haram,
secara otomatis pula masyarakat akan bersih dan lebih dari itu Allah akan
melimpahkan keberkahan-Nya.
Allah berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا
وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ(الأعراف96)
"Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya. " (QS. Al A’raf: 96)
Kaum Muslimin Jamaah
Sholat Jumat yang berbahagia
Pelajatan Yang Kedua: Mengendalikan
nafsu dari maksiat .
Selama Ramadhan kita
telah berhasil mengendalikan nafsu dari maksiat. Itu menunjukkan bahwa nafsu
sebenarnya sangat lemah. Bahwa manusia bukan makhluk yang dikendalikan oleh
nafsu, melainkan dialah yang mengendalikan nafsunya.
Ia tidak boleh makan
apa saja tanpa membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Ia juga tidak
boleh berbuat apa saja tanpa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Kita dapat menyaksikan di tengah masyarakat yang dibimbing nafsunya belaka,
mereka menyebar makanan dan minuman haram, bahkan hal itu dianggap biasa. Bukan
hanya itu, perzinaan dihalalkan tanpa merasa berdosa sedikitpun. Inilah
masyarakat yang rapuh. Dalam Al Qur’an Allah selalu menceritakan hancurnya
kaum-kaum terdahulu adalah karena mereka hidup di atas kebebasan nafsunya.
Mereka tidak menggunakan akal yang telah Allah karuniakan kepada mereka . Al
Quran menggambarkan:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا
مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ
أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا
أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
(الأعراف179)
"Dan sesungguhnya
Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan
mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf:
179)
Dalam surat An Nazi’at
ayat 40-41, Allah swt. menegaskan bahwa hanya dengan takut kepada Allah secara
jujur seseorang bisa mengendalikan nafsunya, Allah berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ
وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى(40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى(41)
"Dan adapun
orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya)."
(QS. An Nazi’at: 40-41)
Ini menunjukkan bahwa
dalam diri manusia ada dua kekuatan yang saling tarik menarik. Kekuatan nafsu
dan kekuatan takut kepada Allah berupa iman. Bila takutnya kepada Allah lebih
kuat, maka terkendalikanlah nafsu. Sebaliknya bila takutnya kepada Allah lebih
lemah, maka nafsu akan lebih dominan. Bila nafsu yang dominan, maka ia utamakan
dunia di atas akhirat. Bahkan ia berani mengorbankan akhiratnya demi dunia.
Inilah makna ayat:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا(16) وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى(الأعلى17)
"Tetapi kamu
(orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah
lebih baik dan lebih kekal."
Kaum Muslimin Yang
dimuliakan Allah
Pelajaran ramadhan
yang ketiga adalah: Menundukkan Syetan.
Kita telah membuktikan
selama Ramadhan bahwa setan dijadikan lemah dan tidak berdaya. Kita menjumpai
masjid-masjid menjadi ramai selama Ramadhan. Di berbagai tempat, rumah-rumah,
kantor-kantor dan di pusat-pusat ibadah, terdengar suara mendengung orang-orang
sedang membaca dan tadarus Al-Qur’an. Itu semua adalah bukti nyata bahwa setan
sebenarnya sangat lemah. Dalam surat An-Nisa ayat 76 Allah menegaskan:
إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
“Sesungguhnya tipu
daya setan itu sungguh lemah.”
Maka tidak pantas
orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akherat ia masih
mengikuti ajakan dan bisikan-bisikan syetan.
Kita wajib menundukan
syetan karena beberapa sebab:
Yang Pertama : Setan
adalah musuh yang nyata. Dan ia selalu mempengaruhi seseorang agar keluar dari
jalan yang lurus, dan meniti jalan yang sesat bersamanya menuju neraka, Allah
befirman:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ
فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ
السَّعِيرِ(فاطر6)
"Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh, karena
sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka
menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala."
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي
لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (الحجر39)
Iblis berkata: “Ya
Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan
menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti
aku akan menyesatkan mereka semuanya.
Sebab Kedua : Setan
mengajak kepada permusuhan, melalui minuman khamr dan judi, bahkan syetan
berusaha menghalang-halangi seseorang agar tidak berdzikir kepada Allah dan
tidak melaksanakan shalat, Allah berfirman:
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ
يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ
وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ
مُنْتَهُونَ(91)
"Sesungguhnya
syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat
Allah dan melaksanakan sholat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan
pekerjaan itu".
Ketiga : Setan selalu
menakut-nakuti dengan kemiskinanm supaya seseorang tidak berinfaq, dan selalu
mempengaruhi agar seseorang berbuat keji dan zina, Allah berfirman:
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ
وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا
وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (البقرة 268)
"Syaitan
menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat
kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan
karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqoroh: 268)
Kaum Muslimin Jamaah
Sholat jumat yang berbahagia
Pelajaran terakhir yang dapat kita
ambil selama belajar di bulan ramadhan adalah: Meninggalkan dosa-dosa dan
kemaksiatan .
Ramadhan adalah bulan
perjuangan menjauhi dosa-dosa. Dan setidaknya kita telah berhasil membuktikan
selama Ramadhan untuk meninggalkan segala bentuk dosa dan kemaksiatan. Bahkan
kita berusaha menjauhi sekecil apapun perbuatan yang sia-sia. Kita berusaha
secara maksimal untuk menjadikan setiap detik yang kita lewati memberikan makna
dan menjadi ibadah kepada Allah swt. Setiap saat lidah kita basah dengan
dzikir, jauh dari pembicaraan dusta dan kebohongan. Pandangan kita selalu
tertuju kepada ayat-ayat Al Qur’an dan terjaga dari segala yang diharamkan.
Langkah kaki kita senantiasa terhantar menuju masjid. Tangan kita banyak
memberikan sedekah dan seterusnya.
Masyarakat yang jauh
dari dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang berkah. Sebaliknya
masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang
rentan. Ibarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka
ia tidak produktif dan bahkan tidak bisa diharapkan darinya kebaikan. Imam Ibn
Qayyim Al Jauziyah dalam bukunya yang sangat terkenal “al jawaabul kaafii liman
sa’ala ‘anid dawaaisy syaafii” menyebutkan beberapa bahaya dosa, di antaranya
sebagai berikut:
Pertama: Dosa
memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati.
Artinya, seorang yang
penuh dengan dosa-dosa tidak akan bersungguh-sungguh lagi mengagungkan Allah.
Kaki terasa berat untuk melangkah ke masjid. Badan terasa sulit untuk bangun
pada waktu fajar menegakkan shalat subuh. Telinga tidak suka lagi mendengarkan
ayat-ayat Al Qur’an, lama kelamaan hati menjadi keras seperti batu bahkan bisa
lebih keras dari pada itu. Maka ia hilanglah rasa sensitive atau tidak tergetar
lagi dengan keagungan Allah. Allah berfirman:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ
ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ
لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ
فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ
وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ(البقرة 74)
"Kemudian setelah
itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di
antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di
antaranya sungguh ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air daripadanya dan di
antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-Baqoroh:
74)
Kedua: Dosa membuat
seseorang tidak mempunyai rasa malu.
Artinya, bahwa
seseorang yang terbiasa berbuat dosa, lama-kelamaan tidak merasa
berdosa. Bahkan ia tidak merasa malu berbuat dosa di depan siapapun. Bila rasa
malu hilang maka hilanglah kebaikan. Rosulullah bersabda: “Rasa malu itu
semuanya baik”. Maksud hadits ini adalah: bahwa semakin kuat rasa malu dalam
diri seseorang akan semakin menyebar darinya kebaikan. Dengan demikian
masyarakat yang mempunyai rasa malu adalah masyarakat yang baik dan penuh
nuansa kemanusiaan.
Ketiga: Dosa
menghilangkan nikmat dan menggantikannya dengan bencana.
Allah swt. selalu
menceritakan bahwa diazabnya umat-umat terdahulu adalah karena mereka berbuat
dosa. Dalam surat Al Ankabuut ayat 40 Allah SWT berfirman:
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ
مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ
وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا
كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ
يَظْلِمُونَ(العنكبوت40)
"Maka
masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka
ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada
yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami
benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan
Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri."
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ
قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ
وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي
مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ
قَرْنًا ءَاخَرِينَ(الأنعام6)
"Apakah mereka
tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami
binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan
mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu,
dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai
mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka
sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain." (QS. Al-An’am: 6)
Kaum Muslimin
rahimakumullah.
Kesimpulannya adalah
bahwa tidak mungkin individu yang kotor, yang hidup di alam dosa, akan
melahirkan masyarakat yang baik. Karena itu jalan satu-satunya untuk
membangun masyarakat yang bersih dan beradab, penuh dengan nuansa
tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, yang jauh dari kerjasama dalam
keburukan dan dosa, adalah hanya dengan kembali kepada fitrah. Kembali
bersungguh-sungguh mentaati Allah dan mengagungkan-Nya. Kembali meramaikan
masjid, mengajakan keluarga, anak-anak untuk menunaikan sholat sebagai kewajiban
kita kepada Allah yang tak boleh dilalaikan, mempelajari Al-Quran, membacnya
dan memahaminya, mengendalikan nafsu dari dosa-dosa, menundukkan syetan,
menghidupkan malam-malam dengan qiyamullail, seperti suasana selama Ramadhan.
Ramadhan telah menjadi
contoh kehidupan hakiki dan kepribadian hakiki seorang muslim sejati. Itulah
rahasia mengapa Allah SWT menjadikan amalan-amalan Ramadhan sebagai tangga
menuju taqwa: la’allakum tattaquun? Itu tidak lain karena dari
ramadhan akan lahir kesadaran maksimal seorang muslim sebagai hamba Allah.
Kesadaran yang menebarkan kasih sayang kepada seluruh manusia, menyelamatkan
mereka dari kedzaliman dan aniaya, mengajak mereka kembali kepada Allah, karena
itulah fitrah manusia yang hakiki.
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر
الحكيم ، أقول قولي هذا فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا
بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه
نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ
رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Hadirin sidang sholat
jumat yang dimuliakan Allah
Merupakan suatu Sunnah
dari Rasulullah saw. untuk mengiringi puasa ramadhan dengan
puasa enam hari di bulan Syawal.
Diriwayatkan dari Abu
Ayyub Al-Anshari radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah saw. bersabda
: مَنْ صاَمَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا
مِنْ شَوَّالَ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang
berpuasa di bulan Ramadhan, lalu ia mengiringinya dengan puasa enam hari di
bulan Syawal, maka ia seperti puasa selama setahun”. (HR. Muslim no.1164,
Abu Dawud 2433, Tirmidzi 759)
DariTsauban radliyallaahu‘anhu, Rasulullah saw. bersabda
:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ
فَشَهْرٌ بِعَشَرَةِ أَشْهُرٍ وَصِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ
فَذَلِكَ تَمَامُ السَّنَةِ
”Barangsiapa berpuasa
di bulan Ramadhan maka puasa sebulan itu sama dengan sepuluh bulan; dan dengan
puasa enam hari setelah berbuka (‘Idul-Fithri), maka ia melengkapi puasa
setahun”. (HR. An-Nasa’i dalamAs-Sunan Al-Kubra, no. 2860 &
2861, Ibnu Majah no. 1715, Ahmad : 5/280)
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan
maksud hadits di atas dengan mengatakan: ”Para ulama mengatakan bahwa hal itu
sebanding dengan puasa setahun kerana satu kebaikan balasannya sepuluh kali
lipat dan puasa sebulan Ramadlan sama dengan puasa sepuluh bulan, sedang puasa
enam hari sama dengan puasa dua bulan. Keterangan ini juga terdapat pada
hadits marfu’ dalam kitab An-Nasa’i”. (Syarah Muslim,
3/238)
إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ
وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ
وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ
الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ
مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا
وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ
أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا
دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى
فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ
وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ . رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ
اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.